Labels

"Cogito Ergo Sum", ucapan filsuf Perancis Rene Descartes yang berarti "aku berpikir maka aku ada" mungkin cocok dengan saya. Dan blog ini adalah wadah dari tulisan-tulisan saya yang tidak penting, berasal dari pemikiran aneh dari seorang yang bodoh.

Rabu, 11 Februari 2009

Tentang Naruto



Pertama kali melihat Naruto, saat saya masih kelas satu SMA. Sewaktu menghias background untuk festival Ekskul di sekolah.
Saat itu Naruto sedang dibahas dalam sebuah majalah, meskipun tidak begitu mengerti tentang cerita yang sedang dibahas namun yang ada dalam benak saya adalah "kelihatannya artwork manga ini keren", akhirnya Naruto saya pilih untuk kemudian saya gambar sebagai background.
Waktu itu Naruto belum atau bahkan tidak terkenal sama sekali, berbeda dengan sekarang yang sudah dikenal luas dari remaja hingga anak-anak karena manga dan serial televisinya. Pada tahun itu hanya versi bajakan manga-nya yang beredar.
Saya sangat senang saat berhasil menemukan manga-nya di suatu pojok lemari sebuah rental komik di depan rumah. Meskipun hanya 3 volume dan dengan bahasa yang sangat kacau, saya mulai menikmati Naruto versi manga.

Kepopuleran Naruto di Indonesia mulai terlihat saat serial animasi dan manga-nya mulai diterbitkan. Saat itu Trans TV menyiarkannya untuk pertama kali. Begitu melihat kilasan iklannya dengan lagu Haruka Kanata yang menggebrak, membuat saya seakan tak percaya kalau Naruto akan disiarkan.
Namun kekecewaan melanda karena waktu penayangannya yang pagi hari karena tak mungkin menontonnya karena harus masuk sekolah. Satu-satunya jalan hanya menontonnya saat libur sekolah. Meski begitu saya tetap menikmatinya dan menjadikan Naruto sebagai salah satu anime favorit saat itu.

Terus-terang kesukaan saya terhadap Naruto bisa dibilang turun naik. Hal itu dkarenakan adanya beberapa hal penyebab.
Saat pertama kali melihat naruto hingga disiarkan di televisi untuk pertama kali merupakan saat dimana saya sangat menyukai serial ini. Kesukaan itu bertambah hingga saat "ujian Chunnin" Salah satu saga dalam Naruto mulai bergulir.
Saat itu dari manga, serial televisi dan berita-beritanya saya ikuti dan menjadi perbincangan yang hangat di komunitas anime-manga di lingkungan saya.
Hingga akhirnya kesukaan saya terhadap Naruto mulai berkurang saat saga "ujian chunnin" mulai berlalu dan diikuti dengan kisah tentang penculikan Sasuke hingga pertarungan naruto melawan Sasuke di air terjun.
Hal itu terlihat mulai berkurang minat saya untuk terus mengikuti serial ini dengan giat seperti waktu-waktu sebelumnya.

Apalagi saat perpindahan dari Naruto menjadi dewasa atau dalam serial animasinya menjadi Naruto Shippuuden. Di negara asalnya sendiri serial animasinya juga mengalami penurunan yang signifikan dalam hal rating, saat pergantian naruto menjadi Naruto Shippuuden. Hal itu dikarenakan panjangnya sisipan episode-episode yang tak termuat dalam manga-nya.
Sisipan tersebut sebenanrnya wajar dalam setiap animasi yang didasarkan pada sebuah serial manga bersambung. Karena penayangan animasi yang durasinya cepat dikhawatirkan akan mendekati manga-nya. Untuk itu serial animasi sering kali menambahkan episode-episode tambahan yang tidak terdapat dalam manga-nya. Episode tersebut akan digulirkan hingga dirasa versi manga-nya sudah cukup jauh, untuk kemudian dapat dilanjutkan kembali mengikuti cerita yang sesuai dengan manga-nya.
Namun yang terjadi dalam Naruto menurut saya sudah keterlaluan, hal ini terlihat dari begitu panjangnya cerita tambahan yang menghubungkan antara Naruto dengan Naruto Shippuuden.
Kekecewaan pada versi animasi-nya ternyata juga saya rasakan pada versi manga-nya, saya merasakan adanya penurunan artwork dari volume-volume awal Naruto. Tarikan garis dan detil karakter terlihat simpel, begitu juga pada setting latar cerita yang monoton. Perbedaan jelas juga terlihat pada cover-nya yang juga terkesan simpel dan berbeda dengan awal-awal manga Naruto.

Itu semua membuat saya enggan untuk mengikuti dengan giat serial Naruto. Ketertarikan saya terhadap Naruto hanya sebatas mengikuti alur ceritanya sampai dimana, bahkan untuk membaca manga-nya saja sudah enggan dan hanya melihat gambar-gambarnya secara sekilas.

Namun akhir-akhir ini semua mulai berubah. Ketertarikan tentang Naruto bermula pada saat saya mulai mendengarkan lagu dari Inoue Joe berjudul Closer.
Lagu yang ternyata merupakan opening Naruto Shippuuden itu sangat bagus menurut saya, dan menjadi favorit saya hingga kini.
Ketertarikan dari lagu opening itu mengingatkan saya saat pertama kali mendengarkan Haruka Kanata dari AKFG, di iklan penayangan Naruto untuk pertama kalinya di Indonesia.
Apalagi cerita manga-nya pun mulai menunjukkan tanda-tanda menuju klimaks. Tokoh Naruto, yang tidak saya sukai, karena lemah dan terlihat sebagai figuran dibanding Sasuke tersebut, mulai berubah.
Setelah menjalani pertapaan dan dapat berubah menjadi sage mode. Kemampuan naruto yang meningkat pesat hingga mampu menghabisi Pain satu persatu tersebut, membuat saya terpukau. Begitulah seharusnya tokoh utama beraksi.
Akhirnya Naruto pun kembali menempati serial favorit dalam benak saya.

Semoga cerita Naruto menjadi semakin menarik dengan ending yang tidak mengecewakan.