Beberapa waktu lalu saya mengantar anak-anak TPQ ikut lomba TPQ se-Surakarta di Universitas Sebelas Maret, tepatnya di gedung Student Center-nya.
Bukan mengantar sih sebenarnya, karena saya tidak benar-benar mengantar anak-anak tersebut. Mengapa bisa begitu, bisa saya jelaskan dengan kronologi sebagai berikut :
1. Acaranya dimulai pukul 07.00 WIB
2. Kumpul dulu di masjid dekat rumah pukul 06.30 WIB
3. Berangkat bersama-sama dari masjid pukul 06.45 WIB teng
4. Saya sampai di masjid pukul 07.30 WIB
Karena di masjid tidak ada tanda-tanda kehidupan akhirnya saya memutuskan untuk berangkat sendiri naik motor. Jarak rumah dengan UNS tidak terlalu jauh sebenarnya, jalan kaki pun sampai. Tapi karena terburu-buru, saya lebih memilih mengebut.
Seperti biasa, ngaret masih menjadi budaya leluhur bangsa Indonesia yang terus dilestarikan. Sampai jam 8 pun acara masih belum dimulai. Saya yang sebenarnya sudah ngaret pun, begitu sampai masih seperti seorang yang rajin.
Meski acara belum dimulai tapi sudah banyak anak-anak berbaju koko dan berjilbab yang berlalu lalang, tampak tergesa memasuki Student Center. Dan berbanding lurus dengan banyaknya pedagang kaki lima di luar gedung, di dalam gedung memang terisi banyak anak-anak kecil yang memadati ruang aula tersebut.
Permasalahannya adalah, bagaimana menemukan rombongan TPQ saya diantara 850an anak yang berjubel? 850 itu jumlah pesertanya saja belum termasuk pengantar dan orang tua.
Belum sempat menemukan rombongan sendiri, saya malah ketemu dengan teman-teman saya di tempat itu yang juga senasib dengan saya, sedang mengantar anak-anak dari TPQ masjid masing-masing. Kami pun berbincang panjang. Karena terlalu panjang, saya simpulkan sebagai berikut :
1. Peserta tahun ini lebih banyak dari tahun kemarin
2. Anak-anak TPQ teman saya persiapannya sangat matang, dengan jumlah bala tentara 20 orang. Sedangkan TPQ kami? 6 orang, itu termasuk orang tuanya.
3. Lawan paling berat adalah anak pondokan, anak SD IT, dan anaknya pak ustadz
4. Menjadi juara umum adalah hampir mustahil bagi masjid desa kami
5. Kebanyakan dari peserta sudah pulang sebelum pengumuman pemenang karena sudah yakin tidak akan menang setelah melihat aksi peserta lain
Akhirnya saya pun bertemu dengan rombongan yang saya cari. Dan selang beberapa menit kemudian, acara lomba pun dimulai. Rombongan kami cuma mengirim delegasi untuk lomba mewarnai dan tahfidz Qur'an. Semua anak TPQ kami berusaha sebaik mungkin. Mereka berjuang memberikan yang terbaik.
Agar tidak menyia-nyiakan kerja keras latihan selama ini.
Agar tidak mengecewakan para pengantar dan orang tua.
Agar minimal ada sebuah piala di masjid kami.
Namun sebelum nama pemenang diumumkan, bahkan sebelum acara lomba selesai, kami sudah pulang duluan. Agaknya kami termasuk dari "kebanyakan dari peserta yang pulang duluan sebelum pengumuman pemenang, setelah melihat aksi peserta lain".
Namun seperti yang mas MC bilang di awal acara, kemenangan bukanlah ketika kita merebut piala. Kemenangan adalah ketika sudah mau berlatih, berusaha, dan berjuang. Paling tidak, kami telah belajar satu hal penting, yakni tentang melatih mental serta motivasi untuk berusaha berlatih lebih keras untuk lomba yang akan datang.
Semoga tahun depan trophy itu dapat kami bawa pulang.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar