Yoo...
Akhirnya kembali nulis lagi di blog ini, setelah vakum hampir setahun. Tapi kevakuman saya bukannya total meninggalkan dunia tulis menulis, melainkan karena tersedot untuk menulis di blog lainnya. Karena selain blog ini, saya punya 2 blog lain, tapi dengan tema yang-bahasa kerennya-lebih segmented dan eksklusif.
Karena keasyikan mengurusi 2 blog tersebut, saya jadi jarang menulis disini.
Ya... sudah sekitar 3 tahun blog ini berdiri jika dihitung dari pertama kali saya menulis artikel di tahun 2008. Blog ini dibuat ketika saya kuliah dulu. Pengennya sih berisi pengalaman-pengalaman kuliah, keseharian, pemikiran, yah semacam daily life gitu. Tapi malah kebanyakan berisi hal-hal yang absurd macam tips-tips aneh yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Sekarang kehidupan kuliah sudah terlalui dan memulai membuka lembaran baru. Jadi mungkin saya akan mengisi blog ini dengan lebih bijak. Idealnya sih begitu. Tapi sepertinya, saya masih nyaman dengan situasi saya yang sekarang. Mungkin itu sebabnya saya tidak juga bertambah "dewasa".
Oke, cukup curhatnya. Mencoba menulis artikel kembali.
Saat saya menulis artikel ini, saya sedang dalam kondisi sendu. Karena komputer pc yang biasa nongkrong di kamar, monitornya untuk sementara waktu raib dipinjam sepupu saya. Jadi terasa agak lapang dan ada yang hilang gitu.
Yah, wajarlah jika jadi sendu. Padahal biasanya juga saya jarang menggunakan komputer pc itu, lebih sering menggunakan notebook. Tapi apapun akan terasa berarti ketika sudah menghilang. Jadinya tetap merasa agak sedih juga.
Soal komputer pc itu, sudah 7 tahun berlalu sejak "beliau" pertama kali menemani hidup saya. Kenapa "beliau"? Karena untuk ukuran sebuah barang elektronik yang selalu up-to-date, usia segitu sudah termasuk uzur dan layak mendapat penghargaan. Padahal jika diibaratkan manusia, usia segitu masih kelas 3 SD. Masih ingusan.
Nama komputer saya itu adalah Descompie. Baru setahun yang lalu saya beri nama. Sebelumnya tidak kepikiran untuk memberikan nama pada sebuah barang. Tapi sekarang lucu juga untuk dicoba, jadi terasa lebih hidup dan menghargai. Sebagai tambahan, nama notebook saya adalah Compie, nama hape saya adalah Denden Mushi, dan nama sepeda motor saya adalah Phyta. Untuk kenapa namanya begitu dan lain sebagainya akan saya bahas kapan-kapan. Kalau tidak lupa, tentu saja.
Nah, jika dirunut secara kronologis, komputer itu terlahir ketika saya kelas 2 SMA. Merupakan komputer ketiga yang pernah saya miliki. Komputer pertama saya adalah komputer jangkrik dengan disket sebesar buku tulis A5. Bagi yang sudah om-om atau tante-tante mungkin mengenal komputer jenis ini di masa lalunya yang suram.
Komputer dengan sistem operasi DOS itu saya dapatkan sewaktu saya kelas 2 SD dan kakak saya kelas 3 SD. Jadi bukan komputer bapak saya atau komputer ibu saya atau kakak sepupu yang sudah kuliah, tapi murni komputer saya dan kakak yang masih SD. Kalau di jaman sekarang, mungkin wajar jika anak usia segitu sudah bisa pegang komputer, anak kelas 1 SD saja sudah pegang HP, dan kelas 3 SD sudah bisa buka youtube dan punya facebook.
Tapi pada jaman itu, yang playstation, handphone, notebook, youtube, facebook belum eksis, anak-anak masih main umbul, si doel masih tayang perdana, dan jumlah presiden kita masih dua. Di jaman yang jumlah channel televisi swastanya masih 3 biji itulah saya mendapatkan komputer saya yang pertama. Dan itu-kalau boleh berbangga sedikit-merupakan prestasi yang cukup membanggakan.
Lalu untuk apa anak-anak ingusan memiliki komputer dengan tampilan yang sangat jauh dari menarik itu? Yah, paling tidak, di dalamnya ada permainan pacman dan space invaders-nya. Itu saja, kami berdua sudah senangnya bukan main. Kami mulai belajar memasukkan disket floppy yang berbentuk kotak itu, mengetik D:/dir dan bla bla bla hingga gambar pacman dan teman-temannya muncul. Memainkannya dengan tekun dan berusaha agar tidak bosan.
Kemudian waktu pun bergulir, ketika saya kelas 3-4 SD, kami mendapatkan apa yang disebut "terobosan paling spektakuler" di bidang teknologi komputer : Microsoft Windows. Ya, kami kakak beradik akhirnya mendapatkan komputer windows kami yang pertama, sebuah komputer pentium berlayar warna dengan microsoft Windows 95 di dalamnya. Saat itulah saya mulai mengenal Microsoft Office, mulai mengetik fiksi di notepad untuk pertama kalinya (sebelumnya jika mengetik memakai mesin tik), membuat animasi pertama saya dengan Corel Movie, menggambar dengan Corel Draw, dan memainkan game berjudul Commander Keen hingga khatam. Itu semua terjadi ketika saya kelas 3-4 SD.
By the way, saya dimanja dengan perangkat mahal bernama komputer itu bukan lantaran orang tua saya kaya raya dan banyak harta. Kami keluarga sederhana dengan pendapatan seadanya. Tapi orang tua saya lah yang revolusioner, yang tidak membelikan sepeda jika anaknya masih bisa berjalan, tidak membelikan nintendo jika anaknya masih betah membaca, tidak membelikan mainan jika lego masih terasa menyenangkan. Dari sedikit uang yang terkumpul itulah orang tua saya berhasil membeli komputer bekas, ya kedua komputer yang saya ceritakan di atas kesemuanya adalah komputer bekas. Tapi saya sangat menyayangi mereka, orang tua dan komputer-komputer itu. Hingga sekarang, komputer itu masih ada di gudang kami.
Ketika masa-masa kelas 3-4 SD itu saya juga mulai mengenal internet dan browsing. Kalau sekarang usia balita sudah bisa twitteran mah wajar, modem bergelimpangan, sinyal hotspot dimana-mana, notebook menjadi barang primer, game center dan warnet berjejalan. Tapi di jaman itu, jaman dimana sebuah universitas negeri yang begitu besar hanya memiliki satu warnet, jaman dimana anak SD nongkrong di warnet adalah hal yang masih jarang, kalau tidak dibilang tabu, di jaman itulah saya mulai ngenet.
Saat itu kemampuan jelajah saya masih amat sangat minim, wajar lah pengetahuan saya hanya dari majalah Bobo pada saat itu. Saya belum bisa nge-search dengan google, situs yang saya kunjungi pun masih sangat minim, bukan hanya karena saya yang tidak bisa menemukan, tapi juga karena situs Indonesia-nya yang masih bisa dihitung dengan jari (jari seluruh penduduk Indonesia, bukan jari saya). seingat saya, situs yang saya jelajahi antara lain : www.pokemon.com (yang masih red and blue saat itu), www.dagelan.com (situs horror yang ada gambar hantunya, entah sekarang masih eksis atau tidak), www.sheila-gank.com (situsnya grup band Sheila on 7, itu pun masih beta dan statusnya sering maintenis), itu saja dan tarifnya masih 6000 rupiah per jam! Luar biasa mahal untuk seorang anak SD yang uang jajannya hanya 200 rupiah per hari.
Begitulah, jika diingat, masa kanak-kanak terasa begitu indah dengan segala keterbatasan dan kekurangannya. Pada tahap selanjutnya, kecintaan saya pada barang dan teknologi bernama komputer mulai agak pudar. Jarang internetan, jarang melototin windows, dan lebih terpengaruh ke dunia game konsol. Ya, game konsol macam playstation lah penyebab saya berpisah dengan komputer pada masa SMP hingga awal SMA. Membuat saya semakin tidak begitu tertarik dengan komputer saya yang memang semakin expired tersebut.
Kemudian pada liburan kelas 1 SMA, sebuah gebrakan besar terjadi. Saat itulah kami sekeluarga memutuskan untuk membeli komputer baru yang lebih normal untuk mencukupi kebutuhan kami akan multimedia. Maka dimulailah perjalanan ke Jakarta, tepatnya di daerah Mangga Dua untuk membeli komputer idaman tersebut. Dan dari pencarian tersebut, kami mendapatkan komputer "tercanggih" saat itu, sebuah komputer berprosesor Pentium IV, RAM 128 MB, CD-ROM, casing Compaq yang built-in dari Korea (kata penjualnya gitu).
Saya adalah yang paling senang saat itu. Dan roda ketertarikan dengan dunia komputer yang dulu sempat berhenti, saat itu mulai berputar kembali. Menemani saya dengan lagu-lagu dari winamp, gambar-gambar wallpaper, dan menghibur saya dengan game-game di dalamnya.
Komputer itulah, si Descompie, yang telah menemani saya selama 7 tahun lebih, yang kontribusinya dalam hidup saya sungguh besar. Sebagai sebuah komputer, Descompie termasuk penurut dan jarang rewel selama 7 tahun ini. Mungkin cuma CD-ROM yang sering jadi korban keganasan saya. Tapi itu tidak membuat rasa sayang saya akan komputer ini luntur bahkan setelah 7 tahun dimana teknologinya sudah tertinggal jauh, Descompie masih sering saya gunakan jasanya.
Karena suatu alasan lah, Descompie menjadi salah satu benda paling berharga dalam hidup saya. Membuat saya begitu melindungi komputer itu, bahkan cenderung parno jika ada orang lain yang mengutak atik atau tidak memperlakukannya dengan layak. seperti ketika saya membawanya ke sekolah saat kelas 3 SMA.
Yah, dengan suka duka dan nostalgia saya dengan komputer-komputer itu, terlebih Descompie, maka wajar jika saya merasa sendu saat ini.