Labels

"Cogito Ergo Sum", ucapan filsuf Perancis Rene Descartes yang berarti "aku berpikir maka aku ada" mungkin cocok dengan saya. Dan blog ini adalah wadah dari tulisan-tulisan saya yang tidak penting, berasal dari pemikiran aneh dari seorang yang bodoh.

Kamis, 19 Mei 2011

Kehidupan, Kaca dan Nyembur

Lama nggak nulis disini..
Jadi malu karena tidak bisa meluangkan waktu untuk sekedar menulis kehidupan saya sekarang. Padahal hanya menulis apa yang terjadi, tapi sulitnya setengah mati.


Yah, sebenarnya banyak kejadian yang menarik selama 19 jam sehari hidup saya (waktu tidur tentu tidak dihitung). Namun menuangkannya dalam kata-kata adalah sebuah problematika tersendiri. Kejadian itu runtut tapi terpisah-pisah, terpecah seperti kepingan kaca, terserak tak beraturan tapi memantulkan pemandangan yang sama.

Begitulah hidup.

Kesenangan, kelucuan, kesedihan, kejadian aneh dan menarik dalam sebuah kehidupan terpisah-pisah bagai kaca pecah yang berserakan. Tapi menampilkan sebuah gambar yang sama, refleksi dari kehidupan.

Bingung. Intinya untuk menceritakan sebuah kisah, baik lucu atau sedih yang saya alami dalam tulisan itu sangat sulit. Seperti kita berkaca dengan pecahan cermin kecil tadi. Tapi saya akan berusaha.

***


Hari ini, tepatnya beberapa jam yang lalu saya menghadiri rapat panitia di base camp, rapat itu mengenai sebuah acara pentas seni tingkat kelurahan. Katakanlah seperti itu (memang seperti itu). Dan ini kisah nyata (tidak usah ditulis pun memang kebanyakan adalah pengalaman saya sendiri)

Setelah memesan minuman dan makanan (nasi kucing dan gorengan) di angkringan depan base camp, kami memulai perbincangan. Rapat non formal, lebih enjoy, tidak sistematis, tidak ada basa basi, dan bisa mblenggar kesana kesini.

Saat itu pesanan makanan dan minuman sudah datang dan kami mulai membahas tentang kontribusi peserta. Karena pesertanya anak-anak, maka kontribusinya tidak jauh dari kisaran ribuan.

Si B bertanya tentang kisaran kontribusi

Si C membuka bungkus nasi kucingnya

Si A melempar saran agar per anak membayar 1000 rupiah.

Si B berkata, masa' seribu? Kencing kali seribu.

Si C yang mau makan nasi kucingnya berhenti sejenak memandang kedua temannya, tidak sopan! Begitu pikirnya.

Si A memperbaiki sarannya dan merevisi menjadi per anak 2000 rupiah.

Si C bersiap akan memakan nasi kucingnya, nasi sudah nyaris akan masuk mulut.

Si B masih protes lagi, kalo dua ribu mah buat e'ek!!!

Si C nyembur...

Dari situ saya mendapat pelajaran bahwa ada manusia yang sensitif dengan apa yang didengarnya.

Terlebih ketika makan.

Sekian.


nb : Jika ada yang pengen tau, saya berposisi sebagai apa dalam dialog di atas, saya adalah si B.

Tidak ada komentar: