This is it.. Italian Full Course ala sendiri :
Hahaha... Bercanda, tidak mungkin saya bikin pizza seindah itu, lebih tidak mungkin pula saya membuat masakan Italian Full Course seperti dalam foto tersebut. Foto itu diambil secara diam-diam oleh saya pada Jum'at lalu di sebuah resto bergaya Italia di kawasan Slamet Riyadi.
Malam itu ceritanya saya dan beberapa orang teman berburu Pizza yang se-otentik mungkin (maksudnya yang bukan ala fastfood), akhirnya tibalah kami di sebuah resto ala Italia tadi. Resto itu tidak terlalu besar tapi lumayan komplit dengan adanya bar, beberapa orang turis asing dan menu yang menyajikan wine. Untuk yang terakhir tadi, tentu saya tidak meminumnya.
Dengan semangat empat-lima, kami yang penggemar Pizza memesan seperangkat Italian Full Course, antara lain : Ravioli (semacam pangsit basah disiram saos tomat, mungkin tidak asing bagi yang sering nonton dorama Pasta atau penggemar Master Chef) dan Kalamari Fritto (semacam cumi goreng tepung) sebagai appetizer. Untuk main course-nya tentu tidak lepas dari Pizza, yakni Meat Lover Pizza dan Quattro Pizza yang ukurannya naudzubillah sebesar pelek sepeda motor. Kemudian untuk dessert-nya saya memesan ini :
Bagi saya itu seperti kue leker yang dilipat dan diisi es krim, ada juga yang memesan Panna Cotta yakni semacam italian dessert yang terbuat dari krim, susu, dan gula yang dipadatkan dengan gelatin, juga Lemonade Ice Cream bla bla bla (saya lupa namanya karena terlalu panjang). Dari dessert orang Italia itu, saya menjadi mengerti sedikit sesuatu mengenai dunia masak-memasak, "Jika masakan anda terlalu simpel, beri saja nama yang panjang dan sulit diingat orang."
Pada awalnya saya yang ndeso bisa menguasai diri untuk menjalani table manner, namun itu hanya bertahan beberapa detik, selanjutnya meja candle light dinner di pinggir city walk itu pun berubah meriah dan heboh layaknya warung angkringan. Yah, bagaimana pun kebodohan dan kekurangan saya tidak cocok dengan makanan dan adat mewah tersebut.
Sebuah pesan moral saya tarik dari peristiwa tersebut, bahwa makanan yang enak adalah jika kita bisa menikmatinya dan tersenyum sesudahnya. Memang, kelezatan pizzanya membuat saya begitu menikmati dan terhanyut di dalamnya, namun agaknya angka yang tertera dalam bill seusai jamuan mahal tersebut juga tidak membuat saya tersenyum sesudahnya, senyum kecut mungkin. Tapi tak apalah, hitung-hitung pengalaman pernah mencicipi hidangan resto yang konon selevel dengan hidangan bintang empat. Jadi kesimpulannya, mungkin lain kali kembali lagi ke pizza fastfood :) hehehe...
Cukup sekian untuk malam ini. See you on the next post..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar